PERUBAHAN KIMIA
PENGGUMPALAN SUSU
1. PENGERTIAN
SUSU\
Susu adalah hasil sekresi yang mencakup
kolostrum yang didapat dari proses pemerasan binatang sapi yang sehat. Susu
dapat diproduksi secara utuh maupun memisahkan bagian lemaknya, merekonstruksi konsentrasinya,
atau membuatnya menjadi bubuk. Kuantitas kandungan air pada susu menentukan
rekonstruksi konsentrasi untuk membuatnya menjadi kering (Vaclavik VA &
Christian EW 2008). SNI 1998 mendefinisikan susu sebagai cairan yang berasal
dari sapi sehat dan bersih yang diperoleh dari pemerahan yang benar dimana
kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum
mendapat perlakuan serta hanya boleh diproses dengan pendinginan tanpa
mempengaruhi kemurniannya.
2. KOMPOSISI
SUSU
Susu memiliki komponen
antara lain (Spreer 1998 dalam Sirindon M 2008):
1. Komponen alami, meliputi :
– Komponen mayor terdiri dari air lemak, protein, dan laktosa.
– Komponen minor terdiri dari garam, asam sitrat, enzim, vitamin, gas, dan
fosfolipid.
2. Komponen asing meliputi benda asing, antibiotik, herbisida, insektisida,
non-original water,
zat atau residu desinfektan, dan mikroba.
Komponen susu antara lain : bahan kering (13%) yang terdiri dari lemak (4%),
protein (3.4%), laktosa (4.8%), air (85% – 90%) dan abu (0.7%) (Spreer 1998
dalam Sirindon M 2008). Komposisi susu pada dasarnya sangat bervariasi
tergantung dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi jalannya fisiologis
sapi, misalnya faktor keturunan, makanan, iklim, suhu, waktu laktasi, dan
prosedur pemerahan (Muctadi dan Sugiyono 1992 dalam Hidayat NS 2008).
Secara umum sel-sel di dalam susu yang normal mengandung sel sebanyak 0-200.000 sel/ml. Sel-sel tersebut terdiri dari sel mononuklear besar (65-70%), netrofil (0-8%), limfosit (5%) dan kadang-kadang monosit (Subronto 2003 dalam Hidayat NS 2008).
Secara umum sel-sel di dalam susu yang normal mengandung sel sebanyak 0-200.000 sel/ml. Sel-sel tersebut terdiri dari sel mononuklear besar (65-70%), netrofil (0-8%), limfosit (5%) dan kadang-kadang monosit (Subronto 2003 dalam Hidayat NS 2008).
2. 3. PENYEBAB
PENGGUMPALAN SUSU
Susu merupakan bahan
pangan asal hewan yang tidak tahan lama disimpan dan mudah rusak (pershable
food) serta merupakan bahan pangan berpotensial mengandung bahaya (potentially hazardous food). Menurut Winarno FG (2004), kerusakan bahan pangan seperti susu
dapat berlangsung dengan cepat. Kerusakan pada susu dapat disebabkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Pertumbuhan dan aktivitas mikroba terutama bakteri, ragi, dan kapang. Beberapa
mikroba dapat membentuk lendir, gas, busa, warna yang menyimpang, asam, racun
dan lain-lain.
2. Aktivitas enzim-enzim di dalam susu.
Enzim yang terdapat pada susu tersebut dapat berasal dari mikroba atau sudah ada pada bahan pangan tersebut secara normal. Adanya enzim memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi kimia labih cepat tergantung dari jenis enzim yang ada, selain itu juga dapat mengakibatkan bermacam-macam perubahan pada komposisi susu.
3. Suhu termasuk suhu pemanasan dan pendinginan.
Pemanasan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan protein (denaturasi), emulsi lemak, dan vitamin, sedangkan susu yang dibekukan akan menyebabkan pecahnya emulsi dan lemaknya akan terpisah. Pembekuan juga dapat menyebabkan kerusakan protein susu dan menyebabkan penggumpalan.
4. Kadar air.
Kadar air sangat berpengaruh pada daya simpan susu karena air inilah yang membantu pertumbuhan mikroba.
5. Udara terutama oksigen.
Oksigen dapat merusak vitamin, warna susu, cita rasa serta merupakan pemicu pertumbuhan mikroba aerobik. Susu yang mengandung lamak dapat menyebabkan ketengikan karena proses lipoksidase.
6. Sinar matahari.
Susu yang terkena sinar matahari secara langsung dapat berubah cita rasanya serta terjadi oksidasi lemak dan perubahan protein.
7. Jangka waktu penyimpanan.
Umumnya waktu penyimpanan susu yang lama akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar.
Mikroorganisme Sebagai Indikator Cemaran dalam Susu
Mikroorganisme menggunakan susu sebagai bahan yang sangat ideal untuk pertumbuhannya. Mikroorgaisme dalam bahan pangan adalah mikroorganisme yang umum ditemukan dalam saluran pencernaan menusia dan hewan seperti bakteri koloform. Adanya mikroorganisme indikator di dalam suatu makanan menunjukkan telah terjadinya kontaminasi kotoran dan sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan produk susu (Supardi dan Sukamto 1999 dalam Sirindon M 2008).
2. Aktivitas enzim-enzim di dalam susu.
Enzim yang terdapat pada susu tersebut dapat berasal dari mikroba atau sudah ada pada bahan pangan tersebut secara normal. Adanya enzim memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi kimia labih cepat tergantung dari jenis enzim yang ada, selain itu juga dapat mengakibatkan bermacam-macam perubahan pada komposisi susu.
3. Suhu termasuk suhu pemanasan dan pendinginan.
Pemanasan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan protein (denaturasi), emulsi lemak, dan vitamin, sedangkan susu yang dibekukan akan menyebabkan pecahnya emulsi dan lemaknya akan terpisah. Pembekuan juga dapat menyebabkan kerusakan protein susu dan menyebabkan penggumpalan.
4. Kadar air.
Kadar air sangat berpengaruh pada daya simpan susu karena air inilah yang membantu pertumbuhan mikroba.
5. Udara terutama oksigen.
Oksigen dapat merusak vitamin, warna susu, cita rasa serta merupakan pemicu pertumbuhan mikroba aerobik. Susu yang mengandung lamak dapat menyebabkan ketengikan karena proses lipoksidase.
6. Sinar matahari.
Susu yang terkena sinar matahari secara langsung dapat berubah cita rasanya serta terjadi oksidasi lemak dan perubahan protein.
7. Jangka waktu penyimpanan.
Umumnya waktu penyimpanan susu yang lama akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar.
Mikroorganisme Sebagai Indikator Cemaran dalam Susu
Mikroorganisme menggunakan susu sebagai bahan yang sangat ideal untuk pertumbuhannya. Mikroorgaisme dalam bahan pangan adalah mikroorganisme yang umum ditemukan dalam saluran pencernaan menusia dan hewan seperti bakteri koloform. Adanya mikroorganisme indikator di dalam suatu makanan menunjukkan telah terjadinya kontaminasi kotoran dan sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan produk susu (Supardi dan Sukamto 1999 dalam Sirindon M 2008).
1.
Mengapa penggumpalan susu digolongkan ke dalam reaksi kimia? bukan fisika dan biologi? Tlg jelaskan?
BalasHapus